Dalam banyak teori, reinkarnasi cenderung dinyatakan sebagai suatu bentuk penitisan atau dilahirkannya kembali jiwa yang sama dari personel yang sama pada waktu yang berbeda. Seakan-akan si A yang dulu telah mati, terlahir kembali di tubuh yang berbeda.
Semisal dimasa lalu seseorang dilahirkan sebagai raja terkenal, dimasa depan dilahirkan kembali sebagai budak hamba sahaya.
Kaum spiritual menyatakan hal itu terkait dengan karma yang bersangkutan, karena kelakuan buruknya selama menjadi raja, kemudian ia bereinkarnasi dan dilahirkan kembali sebagai budak.
Kaum Hindu, Budha, Bangsa Viking dan banyak kaum spiritual yang sangat meyakini adanya reinkarnasi.
Benarkah reinkarnasi yang berarti dilahirkannya kembali sebuah jiwa yang hidup dimasa lalu, dilahirkan dimasa mendatang dengan tubuh yang berbeda itu ada ?
Ada yang percaya, ada pula yang tidak.
Islam memiliki pandangan yang berbeda tentang reinkarnasi, berbeda dengan teori reinkarnasi yang dimiliki oleh Hindu, Budha dan umat beragama lainnya..
Pada pembahasan di tingkat ulama-ulama sufi, dikenal ädanya istilah kelahiran jiwa yang identik.
Jiwa yang dimaksud disini adalah komposisi karakter dasar pada seorang manusia. Semisal; penyabar, penyayang, tekun, cerdas, dll yang ada dengan sendirinya tanpa perlu belajar.
Secara sederhananya seperti ini ;
Adakalanya Allah menciptakan suatu kejadian, dimana dilahirkan seseorang dengan jiwa yang identik dengan seseorang dimasa lalu. Dua jiwa, tetapi Identik. Jiwa yang satu telah dilahirkan dimasa lalu, yang satunya dilahirkan dimasa kini. Jadi merupakan tubuh dan jiwa yang lain.
Yang menjadi istimewa ; pada diri orang yang baru lahir, disematkan ingatan / memori dari kembaran jiwa yang hidup dimasa lalu, tentu saja membawa juga memori kesadaran (Consciousness). Alhasil, orang yang hidup dimasa ini dapat bercerita tentang "masa lalu" nya, yang sebenarnya tidak dia alami, karena hakekatnya merupakan "pengalaman" dari kembaran jiwa identiknya.
Perpindahan memori yang dimaksud adalah peng-copy-an memori, bukan pemindahan memori dari pemilik lama karena dipindahkan ke pemilik baru.
Kombinasi kejadian yang bisa ditemui dalam perpindahan memori lintas generasi pada jiwa-jiwa yang identik ini antara lain:
1. Memori yang disematkan pada tubuhnya benar-benar berbeda bentuk antara pemilik jiwa masa lalu dan kembaran jiwanya saat ini. Semisal, yang hidup dimasa lalu bentuk tubuhnya pendek hitam dan kurang menarik, yang hidup saat ini tinggi putih dan tampan.
2. Memori yang disematkan pada tubuh yang benar-benar mirip, antara tubuh masa lalu dengan tubuh saat ini.
Namun adakalanya ditemui pada perpindahan memori di atas, terjadi murni perpindahan memori masa lalu ke tubuh baru yang memiliki jiwa benar-benar berbeda.
Jika hal-hal diatas terjadi, jangan heran jika suatu saat anda menjumpai orang yang berkata; saya dahulu tinggal di sana, saya pernah mati dibunuh si A, saya dahulunya adalah seorang raja, dll.
Ingatan atau memori yang ditambahkan pada orang yang terlahir kemudian, tentunya seakan-akan menjadi memori yang bersangkutan, termasuk ingatan akan pengalaman masa lalu yang dimiliki.
Kejadian ini dapat terjadi pada orang awam, maupun orang dengan derajat tertentu seperti waliyullah sesuai kehendak Allah..
Ada bermacam-macam Waliyullah dengan kedudukan dan fungsi berbeda-beda. Ketika seorang wali wafat, maka memori wali tersebut akan ditambahkan ke wali pengganti yang lahir berikutnya. Ini dimaksudkan supaya tugas para wali menjaga dunia berkelanjutan sampai akhir zaman. Khusus penggantian seorang waliyullah yang wafat, maka jiwa wali pengganti atau penerusnya, adalah jiwa yang identik dengan jiwa wali sebelumnya. Demikian cincin waliyullah di dunia tetap terjaga utuh dari zaman ke zaman.
Itulah perbedaan konsep reinkarnasi dalam Islam dengan konsep reinkarnasi agama yang lain. Karena konsep yang berbeda ini, bahkan sebagian ulama berkata, bahwa Islam tidak mengenal adanya reinkarnasi.
Kenapa Allah menciptakan kondisi ini ? Apakah hanya merupakan permainan Allah ?
Tentu saja tidak,
Mungkin kita pernah mendengar ada orang yang beralasan mengapa ia selalu hidup bergelimang dosa : Aku seperti ini karena diciptakan di keluarga miskin, Aku seperti ini karena dilahirkan di lingkungan buruk, aku seperti ini karena memiliki wajah dan tubuh yang buruk, dan lain-lain.
Allah tidak mungkin melanggar sunnah-Nya sendiri. Setiap jiwa akan merasakan mati, setiap jiwa yang mati tidak bisa kembali ke dunia. Sehingga seorang yang telah mati dan baru sadar serta menyesali keadaannya yang buruk setelah kematian, akan berucap; seandainya aku dulu tidak begini, seandainya aku dulu tidak begitu, seandainya aku dilahirkan kembali.
Sekali-kali tidak, tidak mungkin yang sudah mati akan kembali ke dunia.
Tetapi Allah Maha Adil, Dia membuktikan kepada manusia, bahwa amal ibadah seseorang adalah perjuangan dan usaha orang itu sendiri, bukan berdasarkan bentuk tubuh dia dilahirkan atau keadaan saat dia dilahirkan.
Lahirnya jiwa yang identik dimasa yang berbeda, tubuh yang berbeda, keadaaan yang berbeda, menjadi ajang pembuktian apakah jika seseorang dilahirkan kembali akan menjadi lebih baik, sama saja atau menjadi lebih buruk.
Semisal ada orang yang telah mati dalam kondisi amal yang buruk, ketika dipertanyakan oleh malaikat tentang perbuatannya, lalu beralasan : aku begini karena aku dilahirkan berwajah buruk, miskin dan memiliki jiwa seperti ini, seandainya aku kaya, berwajah tampan, memiliki komposisi jiwa yang lebih baik, aku bisa beramal lebih baik. Allah kemudian seakan-akan berkata : kamu tidak mungkin kembali ke dunia, tapi lihatlah, Aku akan menurunkan beberapa jiwa yang identik dengan jiwamu, dengan keadaan dan tubuh yang mirip denganmu, pada waktu yang berbeda, lihatlah sendiri bagaimana ia lebih baik atau buruk amalnya..
Demikianlah, hidup dengan amal yang baik tidak bergantung pada komposisi jiwa, bentuk tubuh dan dalam keadaan seperti apa seseorang dilahirkan. Karena manusia dibekali akal dan hati nurani untuk beramal dan beribadah.
Setiap orang diciptakan spesifik dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Wallahu a'lam bishawab.
0 komentar:
Post a Comment