Saturday, December 26, 2020

Kematian ; Hilangnya Kekuasaan Jiwa Atas Raga


Manusia pada awal penciptaan secara garis besar terdiri atas Ruh, Jiwa dan Raga.

Setelah menjalani kehidupan, manusia memiliki "pengalaman". Pengalaman ini tersimpan dalam bentuk memori dan kenangan.

Kenangan dan memori pada hakekatnya sama, tetapi berbeda. Memori merupakan unit data atau informasi pengalaman hidup manusia, bergabung membentuk suatu kenangan atau kumpulan memori yang memberikan gambaran rasa dan suasana dalam kurun waktu tertentu.

Semisal ; kenangan makan siang di suatu rumah makan, terbentuk dari susunan memori tentang rasa masakan, pemandangan sekeliling, perasaan dan unit memori lain terkait kenangan makan siang pada kurun waktu tersebut.

Kuasa jiwa atas raga untuk melakukan suatu perbuatan, membuat manusia memiliki kemampuan untuk menjalani hidupnya sendiri. Di dalam jiwa ada rasa, hati, pemikiran(logika) dan akal. Didalam akal ada inisatif, intuisi, kesadaran, dan kendali diri. Setiap makhluk diberikan porsi yang sama untuk Ruh dan Akal, tetapi dibedakan atas komponen jiwa yang lain, raga dan kondisi saat dilahirkan ke dunia.

Jiwa setiap manusia itu spesifik, berbeda-beda antar manusia satu dengan yang lain, tetapi masing-masing berkuasa atas raga dan hidupnya, kecuali faktor-faktor diluar dirinya yang dia tidak memiliki kendali.

Jiwa adalah suci saat dilahirkan. Terbentuknya pengalaman karena perjalanan hidup, membuat warna jiwa berubah. Komposisi jiwa manusia yang dilahirkan sempurna hanya ada pada diri manusia pilihan, yang biasa disebut Rasul dan Nabi. Umat Islam percaya jiwa paling sempurna ada pada diri Rasulullah. Manusia biasa dilahirkan dengan komposisi jiwa yang berbeda-beda, tentunya membawa tantangan tersendiri untuk mencapai jiwa yang sempurna.

Dengan berbagai usaha, yang dalam Islam disebut Amal Ibadah, perlahan-lahan komposisi jiwa manusia akan terbentuk menuju jiwa yang sempurna.

Sekali lagi, setiap usaha tentunya Allah yang menentukan hasilnya, wajib manusia hanya wajib berusaha. Semisal seseorang dilahirkan dengan komposisi jiwa pemarah lebih dari rata-rata umat, sepanjang hidupnya berusaha menaklukkan nafsu amarahnya itu. Kadang berhasil, kadang tidak, tetapi ia tetap berusaha sampai akhir hayatnya. Maka usahanya itulah yang dinilai Allah, menjadi catatan tersendiri bagi dirinya. Catatan yang tercatat di buku besar Allah, tempat dimana semua memori kehidupan manusia tersimpan. 

Ada yang dimampukan Allah mencapai kesempurnaan jiwa sebelum kematiannya, tetapi sebagian besar manusia mencapai kesempurnaan jiwa setelah kematiannya. Setiap usaha yang disebut Amal Soleh, akan dinilai oleh Allah, dan dengan kasih sayang Nya,  manusia yang dinyatakan lulus akan dikumpulkan di suatu tempat yang disebut surga.

Jiwa adalah dzat pertama yang ada saat seseorang diciptakan, kemudian diciptakan raga dan dimasukkanlah jiwa ke dalamnya. Apakah hanya dengan jiwa dan raga manusia bisa hidup ? Tidak. Diperlukan faktor penggerak yang disebut Ruh. Jiwa adalah karakter dasar manusia, setelah dimasukkan ke dalam raga, dia tidak bisa apa-apa. Diperlukan daya gerak, daya kendali, sehingga jiwa bisa mengendalikan raga. Maka ditiupkanlah Ruh pada manusia, pada bulan ke 4 kehamilan. 

Gambaran sederhana dengan analogi dunia modern adalah seperti sebuah komputer. Program tidak bisa apa-apa, biarpun sudah dimasukkan ke memori sebuah komputer. Komputer itu baru berjalan dengan adanya suplai listrik.

Demikian pula dengan jiwa, tanpa ada ruh yang ditiupkan ke manusia, jiwa tidak mampu menguasai raga, tidak mampu mengendalikan raga. Masa waktu ruh di dalam diri manusia telah ditetapkan oleh Allah, ketika masa itu datang, maka ruh akan dicabut. Bersamaan dengan itu, hilang semua kuasa jiwa atas raga. Tubuh tidak lagi mampu bergerak, panca indera tak lagi mampu merasa, diam tak bernyawa, alis mati. 

Proses penarikan ruh dari raga manusia adalah proses yang menyakitkan. Ruh adalah penghubung jiwa dan raga, ketika ditetapkan kematian seorang manusia, ruh akan dipaksa lepas dari jiwa dan raga, sehingga jiwa tidak lagi kuasa atas raga. Setelah terlepas ruh dari manusia, jiwa tetap bersama raga, seperti saat manusia didalam kandungan ibu sebelum 4 bulan. Tetapi Jiwa tidak lagi punya kuasa untuk menggerakkan dan mengendalikan raga. Pada masa ini, dalam Islam disebut manusia memasuki alam kubur. 

Di alam kubur, dalam kurun waktu tertentu, jiwa masih bisa merasakan apa yang terjadi pada raga. Itulah makanya, Rasul mengingatkan kita untuk memperlakukan jenazah dengan cara yang baik dan lembut. Bahkan Rasul melarang kita merusak jasad orang mati, biarpun itu adalah orang zhalim atau musuh Allah sekalipun. Karena saat seseorang mati, dia tidak bertanggung jawab lagi terhadap raganya, tidak mampu lagi berbuat apa-apa, bukan lagi manusia seutuhnya. 

Setelah masa alam kubur berakhir, kesadaran jiwa ditidurkan, manusia memasuki alam barzah. Alam dimana manusia tidak lagi merasakan adanya raga.

Kematian ; Hilangnya Kekuasaan Jiwa Atas Raga Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Kabhumian

0 komentar:

Post a Comment