Sunday, December 27, 2020

Neraka ; Tempat Pemisahan Paksa Jiwa dari Raga yang Terbelenggu Nafsu

Banyak orang yang memandang neraka sebagai tempat penyiksaan atas perbuatan manusia sewaktu di dunia. Ini tentunya memberi pandangan seakan-akan Tuhan itu kejam, suka menyiksa manusia yang tidak taat dan sebagainya.

Namun jika kita runut lebih jauh dari sumber-sumber yang ada, maka kita justru akan mendapati, bahwa neraka sebenarnya adalah pilihan manusia sendiri.

Ibaratnya kita sudah diperingatkan oleh orang tua :

Nak, kalo engkau melewati jalan ini, kamu akan menemukan banyak kenikmatan hidup sepanjang jalan, tetapi di ujung jalan yang berkabut dan engkau tidak ketahui kapan dan dimana, ada jurang yang sangat dalam, Jika engkau jatuh kedalamnya, niscaya engkau pasti tersiksa dan hancur binasa.

Sementara, Nak. Pada jalan yang satunya engkau akan menemui kerikil-kerikil tajam dan berbagai hambatan sepanjang jalan, tetapi di ujung jalan yang engkau juga tidak tahu dimana dan kapan, akan kau temui akhir yang indah. Tempat yang sangat baik untuk kau tuju.

Ketika sang anak memilih jalan yang nikmat, lalu terjerumus di ujung jalan, bukankah itu pilihannya ? Akankah dia berhak menyalahkan orang tua yang sudah memperingatkan dia ?

Tetapi tentu saja tidak sesederhana itu hidup manusia. Akan tetapi, adalah sesuatu yang pasti bahwa manusia sudah diperingatkan adanya neraka bagi yang melanggar larangannya, dan surga bagi yang patuh dengan perintah Nya.

Manusia diciptakan dari dengan komposisi dzat terendah tingkatannya, yaitu materi. Jiwa dan Ruh manusia diletakkan pada Raga; materi dengan tingkatan cahaya terendah dari penciptaan.

Sebagaimana pernah saya bahas pada artikel lain, tingkatan tertinggi makhluk berada pada tingkatan cahaya suci, "Nur Muhammad" dalam istilah Islam, mungkin ada yang menyatakan sebagai "Ruhul Qudus" di agama lain. Di bawahnya adalah nur malaikat, nur api, dan di tingkatan terendah yaitu dunia materi.

Walaupun dalam diri manusia terdapat Jiwa dengan tingkatan yang lebih tinggi dari materi, bahkan jiwa sejati manusia berada diatas malaikat maupun iblis, tetapi Jiwa manusia diletakkan dalam raga manusia yang berasal dari materi dunia.   

Hal tersebut tidak mampu dilihat iblis, dia hanya melihat ujud luar manusia yang terbuat dari materi. Ini menyebabkan dia enggan bersujud pada Adam karena merasa bahwa manusia diciptakan dari dzat yang lebih rendah dari dirinya.

Setiap manusia diciptakan dengan jiwa yang spesifik, berbeda antara satu dengan yang lain. Jiwa merupakan karakter dasar yang diberikan pada seseorang, semisal seseorang diciptakan dengan jiwa penyayang, tetapi agak pemarah, dsb. Komposisi ini adalah komposisi yang tidak sempurna dari sebuah jiwa, jika merujuk pada kesempurnaan jiwa sejati makhluk. 

Allah meletakkan jiwa manusia pada raga, untuk memperbaiki komposisi jiwa awalnya menjadi jiwa yang sempurna. Seorang dengan jiwa 60% pemarah, menjadi 100% tidak pemarah dsb, demikian juga komponen jiwa yang lain. Walaupun mencapai tingkat 100% itu sangat sulit, tetapi demikianlah target idealnya yang dituju.

Usaha manusia mencapai atau mendapatkan kembali kesempurnaan jiwanya dilakukan dengan perantaraan raga. Artinya usaha atau amalan raga lah yang dipakai untuk menyempurnakan jiwa manusia.  

Demikianlah pengaturan dari Allah, yang bahkan makhluk lain pun tak sanggup menanggungnya. 

Adalah sangat berat mengendalikan raga yang dipenuhi dengan nafsu panca indera untuk beramal soleh, yang dengan amalnya itu komposisi jiwa manusia bisa naik peringkatnya. Dari yang kurang penyabar menjadi penyabar, dari yang penuh nafsu menjadi pengendali nafsu, dsb.

Allah menciptakan setiap jiwa manusia secara lengkap, tetapi memecah jiwa manusia menjadi banyak komponen, yang masing masing komponen memiliki tingkat kesempurnaan yang berbeda-beda. Semisal seseorang diciptakan dengan komposisi jiwa 60% penyayang, 50% penyabar, 70% nafsu birahi dsb.   Manusia sepanjang hidupnya harus menyempurnakan satu persatu komponen jiwanya untuk bisa menjadi jiwa utuh yang sempurna. Allah memberikan pedoman Al Quran supaya manusia dapat menaikkan derajat komponen jiwanya.

Hanya manusia pilihan yang mampu mencapai derajat kesempurnaan jiwa semasa hidupnya ataupun setelah mati. Derajat itu dicapai oleh utusan-utusan Allah dan waliyullah. Sebagian besar manusia, mencapai derajat komponen jiwanya sampai ke level "surga" setelah mati dengan kasih sayang Allah. Amal ibadah manusia di dunia itulah yang dinilai Allah, sehingga ketika di dunia sudah berusaha semaksimal mungkin tetapi tidak mampu mencapai derajat kesempurnaan jiwa kemudian meninggal, di alam akherat, amal ibadahnya diperhitungkan Allah untuk menolong nya menarik dari jurang neraka.

Apa sesungguhnya neraka itu ? Neraka dalam tamsil atau penggambaran Quran adalah api yang menyala-nyala.

Tetapi dalam bahasa dan sudut pandang manusia modern, neraka adalah tingkatan dibawah materi yang tidak stabil. Materi adalah alam dunia yang kita lihat dan rasakan. Dibawah itu terdapat tingkatan tidak stabil dunia materi. Penciptaan, perubahan, penghancuran dan pemusnahan materi yang berulang ulang dengan energi yang sangat dahsyat. Materi yang satu menjadi bahan bakar atau energi bagi terbentuknya materi lain, energi berkumpul membentuk materi yang stabil kemudian berubah lagi ke level tidak stabil, demikian berulang-ulang. Tentu saja ini adalah suatu penggambaran, proses sebenarnya tidak mudah diungkapkan dengan kata-kata. 

Manusia yang memberatkan dirinya pada dunia materi, akan sangat sulit mencapai derajat di atasnya, bahkan ketika waktu habis, ia bisa jatuh ke ketidakstabilan "neraka". Ibarat anda tenggelam di dalam air, berusaha muncul kepermukaan, tetapi kaki anda diberi beban batu yang berat.

Manusia tersusun atas ruh, jiwa dan raga. Jiwa setiap manusia ketika diciptakan dan diletakkan kedalam raga, tidak dalam kondisi yang sempurna. Bahkan seorang Rasulullah, harus mengalami "operasi" ditangan malaikat, untuk membersihkan kotoran hatinya sebelum diangkat menjadi Rasul. Apalagi manusia biasa  yang bukan notabene utusan Allah. 

Usaha manusia membersihkan jiwanya biasa dilakukan dengan amal dan perbuatan. Di tingkatan materi, manusia mengurangi beban unsur materi yang ada dalam tubuhnya. Dalam bahasa agama lain, ada istilah : Kurangilah unsur bumi, jika engkau ingin mencapai langit.

Sebenarnya hal itu tidaklah salah, manusia mengurangi unsur bumi/dunia/materi dengan mengendalikan hawa nafsu makan, minum, birahi, dan keduniawian lainnya. Jangan heran jika Kaum sufi, pertapa, brahmana, ulama, sangat mengendalikan hal-hal tersebut dan rajin berpuasa.

Unsur dunia yang ditumpuk di dalam raga manusia, memberatkan dan menahan manusia naik ke level kesempurnaan jiwa. Bahkan jika unsur dunia begitu tebal, sampai jiwa tertutupi sepenuhnya, maka ketika ruh dicabut dari dirinya, dia akan tertarik, tenggelam ke alam yang tidak stabil di bawah dunia materi.

Di alam kubur, bahkan tidak mampu menyebut siapa Tuhannya, dan pertanyaan pertanyaan lain dari malaikat karena jiwa sedang sibuk menahan beratnya tarikan urusan dunia ke alam tidak stabil. Sehingga tenggelamlah ia ke dalam siksa kubur, yang sebenarnya merupakan alam ketidakstabilan dunia materi. Tetapi Alam kubur bukanlah neraka. Ketidakstabilan yang dirasakan adalah perubahan materi dunia secara normal alami. Pembusukan badan, himpitan tanah, panas dan dinginnya bumi, gigitan binatang dan lain-lain. Di alam kubur, jiwa masih berada pada raga, tetapi tanpa ruh. Jiwa masih bisa merasakan rasa badan. 

Itulah kenapa Rasul mengingatkan umatnya untuk memperlakukan jenazah dengan lembut, dan tidak diperbolehkan merusak mayat dalam pertempuran, karena ketika seseorang mati, jiwanya masih bisa merasakan apa yang terjadi pada raganya. 

Bahkan himpitan tanah kubur pun masih bisa dirasakan oleh jenazah. Itulah kenapa kita tidak diijinkan sembarangan menginjak kuburan, karena kita tidak tahu apakah jenazah dibawahnya sudah berada di alam barzah atau masih dialam kubur, dimana tekanan tanah diatasnya masih bisa dirasakan.

Jiwa dan Raga sebenarnya dua dzat yang berbeda. Setelah Ruh diangkat oleh Allah ketika seseorang mati, jiwa masih berada pada raganya. Pada tahap ini manusia disebut memasuki alam kubur. Jiwa yang tenang memiliki ikatan minim dengan raganya, tidak banyak merasakan sakitnya perubahan raga. Jiwa yang tidak tenang, masih terikat dengan urusan nafsu dunia atau raga yang terlalu banyak menumpuk unsur materi karena keserakahan dunia, sangat tersiksa dengan perubahan raga setelah mati. Demikianlah manusia yang merasakan sakitnya siksa kubur.

Memasuki alam barzah, Allah menidurkan jiwa sehingga tidak lagi merasakan raga sampai hari dimana manusia dibangkitkan.

Setelah dibangkitkan, manusia akan ditimbang amal perbuatan/usahanya di dunia untuk menyempurnakan jiwanya. 

Di sinilah kasih sayang Allah menyelamatkan manusia dari api neraka. Karena tanpa campur tangan Allah, tak ada yang mampu menyelamatkan manusia dari putaran siksa api neraka.

Neraka adalah tempat terbawah, di bawah dunia materi. Tempat dimana materi dibentuk dan dimusnahkan berkali-kali, sama seperti perubahan energi ke materi dan materi ke energi, yang membutuhkan energi dan melepaskan energi yang dahsyat. 

Energi yang dibutuhkan berasal dari materi itu sendiri, dan perubahan materi menjadi energi juga menghasilkan energi yang sangat dahsyat sehingga bisa merubah materi lain. 

Demikianlah kejadian di neraka, dimana bahan bakar nya salah satunya manusia itu sendiri. Terbentuk, dihancurkan, terbentuk, dihancurkan. Jiwa yang memiliki "dosa" yang banyak adalah jiwa yang terjebak dalam materi. Ikut dibentuk dan dihancurkan berkali-kali, merasakan dahsyatnya energi perubahan tersebut. 

Jiwa direkatkan dengan raga oleh nafsu, maka semakin nafsu mengikat jiwa dan raga, semakin sulit dipisahkan jiwa dari unsur materi. 

Semakin kotor suatu jiwa, proses pemurniannya semakin lama. Diperlukan pembentukan dan penghancuran berkali-kali. Tetapi jiwa yang terlalu kotor, sudah susah untuk dimurnikan atau dibersihkan lagi melalui proses berulang berapa kalipun, akhirnya akan kekal di neraka. Inilah tempat kembali yang seburuk-buruknya.

Sementara mereka yang berhasil diangkat Allah dari neraka, akan dibersihkan kembali sebelum jiwanya dimasukkan ke dalam surga. Diberi kemampuan oleh Allah dengan nur penciptaan (tingkat makhluk) sehingga apa yang diinginkan akan terwujud.

Mereka yang memiliki peringkat tertinggi kermurnian jiwanya/kesempurnaan jiwanya, menjadi makhluk yang menghadap ke hadirat Ilahi dari "jarak" terdekat dengan Tuhannya. Inilah sebaik-baik tempat kembali.

Demikianlah kasih sayang Allah, selama masih ada keimanan kepada Allah biarpun sebesar zarah, manusia pada akhirnya akan diselamatkan dari api neraka.

Wallahu A'lam Bishawab


Neraka ; Tempat Pemisahan Paksa Jiwa dari Raga yang Terbelenggu Nafsu Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Kabhumian

0 komentar:

Post a Comment