Kabhumian adalah tanah leluhur Jawa dari sisi ibu, sang Dewi Sri. Terkenal dengan kesuburan tanahnya, sehingga dijadikan daerah penghasil padi yang menyokong kerajaan dari jaman dahulu.
Dari masa ke masa ketika kerajaan berpindah dari daerah Barat ke daerah Timur, lalu kembali ke tengah, Kabhumian tetap menjadi daerah pendukung yang tidak berusaha menonjolkan diri atau berusaha memerdekakan diri dari kerajaan utamanya.
Sesepuh Kabhumian paham benar, mereka bukan merupakan keturunan penerus kerajaan yang berhak menjadi raja Mataram. Bahkan tidak pernah bermimpi untuk itu. Tetapi perannya dalam mengawal dan menjadi penjaga keturunan penerus kerajaan tidak bisa dipungkiri. Biarpin tidak dianggap dan tersisih, tidak membuat mereka mengkhianati leluhurnya.
Bahkan dalam kondisi kerajaan mengalami kegoncangan dan sang raja menjadi zhalim sekalipun, tidak membuat para sesepuh memberontak dan berpaling.
Dengan kewaskithaannya, mereka memilih menyingkir dan melindungi masyarakat dari kekisruhan. Menjadi pihak yang netral. Seperti ibu yang bijak.
Pada saat kepemimpinan Sultan Agung, Kebumen menjadi lumbung padi, daerah penyangga yang mensuplai bahan makanan untuk tentara yang menyerbu ke Batavia.
Pada masa Amangkurat I, sesepuh Kebumen menjadi pelindung raja yang kelelahan dan sakit saat melarikan diri dari pemberontakan. Mengobati dan memberi perlindungan atas nama kemanusiaan.
Pada masa Arungbinang, sesepuh Kebumen memilih menjadi pemberantas pemberontakan dari berbagai wilayah kerajaan, dan membantu mengatasi persoalan ruwet terkait urusan kerajaan dan keprajuritan.
Hanya pada Masa Perjuangan Diponegoro, Kabhumian menjadi daerah terdampak yang tidak terhindarkan dari pertempuran antar pendukung Keraton-Belanda dan pendukung Diponegoro. Kebumen terbelah dua dalam hal keberpihakan.
Akan tetapi, konsolidasi yang terjadi membuktikan bahwa inti dari semua itu adalah ketentraman dan kesejahteraan rakyat.
Kebumen adalah daerah antara, bahkan saat masa perjuangan kemerdekaan, Kali Kemit di bumi Wluku Loh menjadi daerah demarkasi yang memisahkan NKRI dengan daerah Belanda waktu itu.
Kabhumian seperti tanah kasat mata Leluhur Tanah Jawa dari Ibu Pertiwi. Seperti Ibu yang memeluk anak-anaknya. Berselisih seperti apapun, datanglah pada ibu, ia akan merangkul, membimbing, mendamaikan dan menunjukkan pada kita keutamaan hidup manusia.
0 komentar:
Post a Comment