Jika manusia diturunkan di dunia tanpa adanya bimbingan dari Allah melalui malaikat-malaikatNya. Maka manusia akan tersesat.
Jika tidak terjebak dalam lingkaran setan akal dan nafsu, manusia kebingungan mencari jalan kembali pada TuhanNya.
Ada batas akal & hati manusia itu bisa membimbing mereka ke jalan yang lurus, tetapi tanpa bimbingan tambahan, manusia tidak akan bisa kembali keharibaanNya.
Dari Adam sampai dengan Isa, Allah membimbing manusia dengan akidah & syariat sebagai pedoman hidup. Akan tetapi, tetap saja banyak yang diselewengkan karena nafsu dan godaan iblis.
Sampai akhirnya diutus nabi terakhir Muhammad yang diutus untuk meluruskan akidah dan menyempurnakan syariat manusia dalam beribadah.
Syariat menjadi penting, karena tanpa syariat akan terjadi kekacauan dan multitafsir manusia terhadap kitab-kitab Allah.
Bagi masyarakat umum, syariat itu semacam aturan menjalani hidup sejak manusia bangun hingga tidur lagi. Sejak lahir hingga mati.
Allah menyederhanakan kehidupan umat Muhammad sehingga dalam beribadah tinggal mengikuti tuntunan rasul secara jelas.
Setelah syariat itu mendarah daging, menjadi kebiasaan yang teratur dilakukan, maka ibadah sunnahnya dapat dilakukan untuk melengkapi ibadah manusia.
Jika syariat telah dijalankan, maka ilmu-ilmu Allah yang lain tinggal digali di dunia ini, baik ilmu ibadah maupun ilmu sunatullah di dunia ini, Hukum-hukum alam, binatang, tumbuhan dan alam mikroskopis serta makroskopis.
Semua keteraturan sesuai syariat dengan usaha maksimal manusia merupakan puncak keberhasilan manusia menjadi khalifah di bumi. Sebenarnya ini yang terjadi di surga saat manusia belum diciptakan.
Azazil atau Iblis telah memimpin para malaikat dalam mengatur semua urusan level surga dan urusan-urusan makhluk yang lain.
Setelah mungkarnya iblis terhadap perintah Allah, dia bersumpah menyesatkan manusia dari menjalankan syariat Allah, sehingga manusia gagal menjadi khalifah di muka bumi dan gagal kembali ke surga, dan menjadi teman dia di neraka.
Iblis memanfaatkan kelemahan manusia dalam menjalankan syariat, yaitu pengendalian nafsu. Nafsu manusia menjadi cikal bakal celakanya manusia, karena nafsu dapat mempengaruhi sisi diri manusia yang lain, yaitu akal dan hatinya.
Iblis telah kalah oleh nafsunya biarpun sudah ribuan tahun beribadah kepada Allah. Dia tidak mampu membendung keangkuhannya ketika Allah memerintahkannya bersujud pada Adam. Dia juga tidak mampu membendung rasa isi dalam hatinya ketika Allah menciptakan Adam dengan akal yang lebih unggul dan ketika Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi.
Nafsu dapat mempengaruhi akal dan perasaan manusia, dan hati dapat tertutupi oleh gelapnya nafsu. Jika akal dan hati sudah dibutakan oleh nafsu, maka seluruh perasaan dan akal akan cenderung memihak kepada nafsunya.
Dari semua agama samawi yang ada, hanya Islam yang tersisa yang memiliki syariat paling detail. Agama-agama sebelumnya syariatnya sudah tidak lengkap atau diselewengkan. Syariat itu menjadi tuntunan dalam beribadah kepada Allah sang pencipta alam. Baik habluminnallah maupun habluminannas, keduanya adalah ibadah yang harus memenuhi syariat yang Allah ajarkan melalui rasulnya.
Setinggi apapun capaian makhluk, dia harus menyadari hakekat dirinya, kembali menjalani takdir kemahlukannya sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Bahwa segala sesuatu itu kembali kepada kehendak Allah.
Kita harus belajar pada kejadian Iblis yang terusir dari Surga. Makhluk semulia itu, yang melebihi malaikat peringkatnya, dilaknat, dikutuk dan diusir Allah dari surga karena enggan sujud pada Adam. Secara akal, Iblis berpikir bahwa Allah lah tempat bersujud, secara ego dia mengira zat asal muasalnya yang lebih tinggi derajatnya, yaitu api (energi), secara rasa dia iri karena manusia akan dijadikan khalifah di muka bumi.
Tetapi dia lupa akan satu hal,yang memerintahkan itu Allah. Yang Maha Mengetahui, Yang Menciptakan apapun sebelum dan sesudahnya.
Untuk makhluk setingkat azazil, ketaatan adalah mutlak maka pembangkangan karena merasa lebih mulia dari zat asal penciptaan manusia, membuat Allah murka dan melempar ia ke neraka yang bahan bakarnya batu dan manusia, tempat dimana penciptaan dan pemusnahan silih berganti.
Ketika Iblis meminta penundaan hukuman sampai hari kiamat, dan meminta izin untuk menggoda manusia sampai waktu tersebut, Allah mengabulkan. Sebagai perimbangannya, Allah mengutus para Rasul dan Nabi untuk membimbing manusia dalam bentuk syariat dan pengetahuan.
Syariat Tuntunan Manusia di Dunia
Rating: 4.5
Diposkan Oleh: Kabhumian
0 komentar:
Post a Comment