Surat Al Hud 106-108 bercerita tentang surga dan neraka yang kekal selama langit dan bumi ada.
Bahasa Al Quran merupakan bahasa yang universal dan berlaku disemua zaman. Secara umum bahasa Al Quran menggunakan kata-kata yang sesuai dengan pengetahuan dan pengertian orang-orang pada zaman tersebut.
Dengan berjalannya waktu dan berkembangnya bahasa dan pengetahuan manusia, ayat Al Quran ditafsirkan dengan bahasa dan pengetahuan manusia pada zaman tersebut.
Semisal ayat yang menyatakan langit runtuh, ini sesuai dengan pengertian dan pengetahuan manusia jaman tersebut akan adanya benda-benda besar yang jatuh dari langit.
Pada masa sekarang, kita memahami langit runtuh dengan jatuhnya benda-benda langit seperti meteor dan benda-benda lainnya yang masuk ke orbit bumi.
Demikian juga dengan pengertian surat Al Hud di atas tentang langit dan bumi. Pada saat pengetahuan fisika / filsafat fisika telah berkembang, maka kita dapat memaknai langit & bumi adalah alam semesta tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi, dimana alam semesta yang dimaksud juga merupakan gambaran ruang dan waktu.
Dapat diartikan pada alam kasat mata, langit sebagai gambaran jarak, bumi dan benda-benda langit sebagai gambaran materi. Waktu sendiri merupakan komponen yang dibutuhkan untuk menempuh antar materi tersebut.
Pada alam tidak kasat mata, penggambarannya kurang lebih sama terkait ruang dan waktu.
Yang harus kita ingat, ruang dan waktu adalah ciptaan Allah.
Maka selama ruang dan waktu ada, selama itu pula neraka dan surga ada. Karena kedua tempat tersebut terikat oleh ruang dan waktu.
Neraka merupakan kondisi akhir alam kasat mata yang selalu berada dalam kondisi tidak stabil. Dimana penciptaan dan pemusnahan berlangsung silih berganti.
Baik surga maupun neraka merupakan tempat kembalinya manusia setelah kiamat.
Surga merupakan tempat yang nyaman, sedangkan neraka merupakan tempat kembali yang seburuk-buruknya.
Wallahu A'lam Bishawab
0 komentar:
Post a Comment