Semasa kecil, salah satu jajanan favorit saya adalah wedang bagijur Bu Somad yang ada disamping Masjid Agung Kebumen.
Minuman ini terbuat dari jahe, santan, gula Jawa, kopi dan sedikit garam. Berbeda dengan bajigur Sunda, bajigur khas Kebumen memiliki topping berupa potongan roti tawar dan kacang bawang. Tanpa kolang kaling & bubur mutiara.
Teman minum bajigur ini adalah gorengan khas Kebumen, gethuk goreng dan tempe mendoan. Jangan salah, berbeda dengan gethuk Sokaraja yang manis, gethuk goreng ini rasanya hanya gurih. Renyah di luar, lembut di dalam, sangat yummy jika dihidangkan saat panas, saat baru keluar dari penggorengan. Jangan lupa dengan sambel cair pelengkap makan gethuk goreng ini.
Disamping itu, ada juga tempe mendoan. Tetapi berbeda dengan tempe mendoan biasanya yang lemes, tempe mendoan Bu Somad digoreng lebih garing sehingga menurut saya lebih enak.
Satu lagi gorengan yang tidak kalah enak, yaitu tahu berontak. Tahu isi yang dibuat dari tahu pong lalu diisi orak-arik sayuran lalu digoreng. tahu pong adalah istilah tahu yang bagian dalamnya kosong, bagian luarnya sudah digoreng, mirip tahu semedang tetapi ukurannya lebih besar.
Tahu berontak berbeda dengan tahu isi yang biasa ditemui di Jawa Barat, yang terbuat dari tahu biasa (bukan tahu pong) lalu diisi sayur.
Semua makanan ini sangat lezat dikonsumsi pada malam hari terutama saat malam dingin.
Sayangnya, warung tersebut sudah tidak ada lagi. Generasi penerus Bu Somad tidak melanjutkan usaha warung tersebut. Anak-anaknya rata-rata merantau ke luar daerah.
0 komentar:
Post a Comment