Riuh rendah berbagai tanggapan tentang keberadaan jalan tol yang dibangun oleh pemerintah.
Ada yang setuju, ada yang tidak setuju.
Mereka yang tidak setuju menganggap pembuatan jalan tol adalah sebuah pemborosan anggaran negara, bahkan menyebabkan negara berhutang dalam jumlah fantastis. Manfaat yang dirasakan masyarakat menjadi kurang karena ternyata diterapkan tarif tol yang tinggi sehingga menjadi tidak ekonomis bagi pengguna jalan tersebut. Belum lagi lesunya usaha kecil dan menengah sepanjang jalan umum yang selama ini dilewati kendaraan, karena pengendara memilih beralih lewat jalan tol.
Bahkan ada kepala daerah yang memandang bahwa seharusnya pembangunan jalan menjadi tanggung jawab pemerintah, bukan dibebankan ke masyarakat dalam bentuk pembayaran tarif tol.
Bagaimana dengan pemerintah sendiri ? Rupanya pemerintah memandang jalan tol sebagai sebuah kebutuhan infrastruktur yang harus diutamakan dan pilihan yang masuk akal untuk membangun infrastruktur jalan saat ini.
Kenapa ?
Pertama, Jalan tol adalah jalan berbayar yang akan membiayai dirinya sendiri hingga lunas, walaupun disamping itu juga memberi keuntungan finansial bagi pengelolanya, baik itu negara maupun swasta. Biaya besar muncul pada awal pembangunan, namun kemudian 'dicicil' pengembaliannya oleh pengguna jalan.
Kedua, Jalan tol menjadi jawaban bagi permasalahan pengadaan lahan jalan. Ini dikarenakan, setelah reformasi pembangunan jalan selalu mengalami permasalahan kompleks berupa pembebasan tanah yang berlarut-larut. Hal ini tentunya tidak terjadi pada masa lalu, dimana masyarakat tidak punya pilihan jika pemerintah bermaksud mengambil alih lahan masyarakat. Sehingga pada masa itu, dikenal dengan istilah 'ganti rugi', diganti tetap rugi, demikian joke yang bertiup di masyarakat. Namun pada masa setelah reformasi hal ini tentunya sangat sulit dilakukan, karena masyarakat memiliki posisi tawar yang kuat dalam hal kepemilikan tanah. Sehingga, saat ini muncullah istilah 'ganti untung', mau diganti asal menguntungkan.
Hal ini pastinya menyebabkan biaya pembangunan jalan yang representatif bagi masyarakat menjadi mahal, alias perlu biaya yang sangat besar. Baik untuk pembebasan lahan, pembangunan jalan, maupun perawatannya.
Jika semua pembangunan jalan tersebut berupa jalan non tol, tentunya menjadi beban berat bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, tanpa ada return secara langsung untuk membiayai pembangunan jalan tersebut.
Ketika setelah dibangun ternyata masyarakat memilih untuk menggunakan jalan non tol karena melewati jalan tol lebih mahal, tentunya ini sebuah pilihan juga. Tidak ada efek secara langsung yang diderita masyarakat terkait keberadaan jalan tol tersebut. Bahkan lahan yang terpakai pun sudah lunas dengan skema 'ganti untung'.
Bukankah dengan pengendara memilih tidak melewati jalan tol karena alasan biaya, perekonomian jalan umum juga menjadi hidup kembali ?
Sementara yang membutuhkan ketepatan & kecepatan waktu tempuh pasti akan memilih lewat jalan tol dengan berbagai alasan termasuk alasan ekonomi tentunya.
Bayangkan jika jalan tol diberikan tarif murah, sehingga semua pengguna jalan berebut lewat jalan tol. Apa jadinya perekonomian jalan umum ?
Sekali lagi, silakan dipertimbangkan, bahwa keberadaan jalan tol adalah sebuah pilihan yang masuk akal.
0 komentar:
Post a Comment