Thursday, December 31, 2020

Einstein Memahami Keberadaan Tuhan, Tetapi Gagal Mengenal Tuhan nya


Einstein adalah ilmuwan dunia yang telah diakui kemasyhuran nya. Teori relativitas dan kesetaraan massa-energi menjadi teori terkenal yang memicu ilmuwan lain untuk meneliti dan mewujudkan teori tersebut.

Ada sebagian orang yang mengenalnya mengatakan bahwa Einstein tidak percaya adanya Tuhan. Namun adapula yang meyakini bahwa Einstein percaya akan adanya Kekuatan yang mengatur dunia, tetapi tidak percaya dengan Tuhan dan Nabi yang ada.

Tetapi bagi para penganut sufisme, mereka akan mengatakan bahwa sebenarnya Einstein memahami keberadaan Tuhan, tetapi gagal mengenal Tuhannya.

Einstein pernah berkata : Ia menganggap orang-orang yang menyamakan sifat Tuhan dengan perilaku manusia adalah tindakan naif.

Bagi kaum suluk, hal ini adalah benar. Karena tidak ada kata-kata yang bisa mengungkapkan sejatinya Tuhan. 

Manusia tidak mengenal Tuhan dengan sendirinya, tetapi Tuhan yang mengenalkan diri ke manusia dalam "wujud" dan "bahasa" yang bisa dimengerti manusia.

Einstein telah menemukan suatu hal yang luar biasa bagi peradaban manusia, ilmu yang yang menyebabkan dia mengenal adanya kekuatan yang menggerakkan dunia.

Sebagaimana kita ketahui, materi jika dibelah-belah akan mendapatkan senyawa, senyawa jika dibelah-belah akan mendapatkan molekul, molekul jika dibelah-belah, akan mendapatkan atom, atom jika dibelah-belah akan mendapatkan komponen atom.

Sampai ketahap ini, ilmuwan menggunakan teori hukum kekekalan massa dan energi, yaitu massa tidak dapat dimusnahkan, begitu juga energi. Yang ada hanya perubahan bentuk.

Tetapi kemudian Einstein menemukan hal tak terduga, yaitu bahwa komponen atom seperti proton, elektron, neutron dan yang lain-lain, terbentuk dari unit-unit energi yang mempunyai karakteristik berbeda.

Akhirnya Einstein berhasil merumuskan hukum kesetaraan energi-massa yang kita kenal dengan istilah E = mc 2. Jika suatu massa bergerak dengan kuadrat kecepatan cahaya, maka akan berubah menjadi energi sepenuhnya. Artinya, energi bisa diciptakan dari massa, demikian juga sebaliknya.

Adanya hukum ini, ilmuwan berlomba-lomba melakukan penelitian, sampai akhirnya ditemukan reaksi fusi dan fisi pada inti atom. Inilah yang memicu dibuatnya bom atom.

Komponen atom seperti proton elektron neutron dan lain-lain, ternyata terbentuk oleh unit-unit energi yang lebih kecil yang memiliki karakteristik tertentu. Inilah yang memicu Einstein berpikir bahwa perlu kekuatan penggerak yang menggerakkan unit energi tersebut untuk bisa bersatu membentuk proton, eletron, neutron dsb. Sehingga Einstein percaya adanya kekuatan yang mengatur alam semesta.

Disisi yang lain, Einstein juga menemukan adanya relativitas ruang dan waktu. Sehingga dia menemukan bahwa jika seseorang pergi dengan kecepatan cahaya sekian lama, lalu kembali lagi dengan kecepatan yang sama, maka dia akan menemukan bahwa temannya di bumi sudah menjadi tua, sementara dia sendiri masih muda. Relativitas waktu menyebabkan relativitas ruang, sehingga menyebabkan adanya perbedaan kepadatan materi. Inilah yang menyebabkan adanya lubang hitam di jagad raya.

Sudah sedemikian jauh Einsten menelaah dan menemukan, sayangnya, dia sudah apatis dengan agama kuno. Kata Einstein, “Saya tidak percaya pada personal Tuhan dan tak pernah menyangkal ini, tetapi mengekspresikannya secara jelas”. Sehingga dia pernah mengatakan ketidak percayaannya pada Injil yang dianggap primitif.

Mari kita lihat kegagalan Einstein mengenal Tuhannya.

Adalah benar apa yang telah ditemukan oleh Einstein, bahwa untuk membuat unit-unit energi itu berkumpul membentuk unsur atom seperti elektron, proton, neutron dll, diperlukan suatu kekuatan tertentu yang mengaturnya. Einstein menganggap kekuatan ini sebagai kekuatan yang mengatur alam semesta.

Tidak sepenuhnya keliru, tetapi itu bukanlah "Tuhan" yang sebenarnya dalam perspektif Islam.

Satu konsep "Tuhan" yang harus dipahami dalam Islam,  dalam bahasa sederhana dikatakan : Dalam definisi Tuhan adalah Maha Pencipta dan makhluk adalah segala sesuatu yang diciptakan-Nya, maka tidak mungkin menjadi Tuhan menjadi makhluk dan makhluk menjadi Tuhan. 

Kekuatan yang mengatur langsung energi menjadi komponen atom, tentulah bukan "Tuhan" yang sebenarnya, karena jika ia terjun langsung mengatur, seumpama orang menggerakkan kakinya, maka iapun menjadi makhluk, sesuatu yang tidak mungkin bagi Tuhan.

Dalam Islam kekuatan tersebut disebut dengan ruh. Ruh disini tentunya bukannya Ruh Pencipta, tetapi ruh makhluk dengan kemampuan mengatur sesuai tugasnya. Itulah makanya Allah berfirman : 

“Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.” (QS Al-Anbiya: 16)

Kata Kami disini mengacu pada referensi ketuhanan dalam Islam, bahwa ketika Allah berkata Aku, maka itu kutipan langsung dari Allah dan Ia bertindak secara langsung. Tetapi ketika ada kata Kami, berarti Allah memerintahkan hamba-hambanya yang lain untuk bertindak sesuai sunatullah.

Demikianlah, penciptaan materi stabil dari energi itu merupakan bentuk perintah Allah kepada ruh untuk mengatur nya.

Adalah benar yang dikatakan Einstein, bahwa Ia menganggap orang-orang yang menyamakan sifat Tuhan dengan perilaku manusia adalah tindakan naif.

Karena makhluk diciptakan dalam dimensi ruang dan waktu, dengan adanya ruang waktu dan energi, terbentuklah materi. Tanpa ada jarak, maka tidak ada waktu, tanpa ada waktu dan faktor penggerak maka tidak ada proses, tanpa ada proses maka tidak terbentuk materi. Maka ruang, waktu, energi dan ruh semua adalah makhluk.

Sehingga tidak mungkin Tuhan mengambil bentuk sebagai makhluk dan berperilaku dengan wujud makhluknya seperti manusia.

Karena ketidaktahuan Einstein tentang eksistensi Tuhan, maka dia pun tidak memahami bahwa ruang dan waktu sebenarnya adalah makhluk, alias ciptaan. Ketidaktahuan ini menyebabkan Einstein secara alami memicu otaknya untuk berpikir sehingga mengatakan bahwa ruang dan waktu itu deskrit (tertentu) dan mengatakan bahwa ruang dan waktu itu adalah kelengkungan.

Di sinilah kebuntuan ilmu pengetahuan yang hanya akan berputar-putar dalam pola pikir yang terjebak oleh logika empiris, karena memaksakan diri melogikakan yang belum diketahui ilmunya dengan otak.

Ibarat manusia yang tersesat di gunung dan berputar-putar dijalan yang sama dan tidak menemukan jalan keluar. 

Einstein Memahami Keberadaan Tuhan, Tetapi Gagal Mengenal Tuhan nya Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Kabhumian

0 komentar:

Post a Comment